WAKTU

Rabu, 28 Agustus 2013

Pesawat N 245 Dirgantara Indonesia

Pesawat N 245 Dirgantara Indonesia


Pesawat terbang Indonesia yang satu ini mungkin saja masih asing di telinga kita. Tapi tak apalah sedikit saya jabarkan gambaran secara garis besarnya lewat tulisan sederhana ini. Pesawat N 245 ini termasuk ke dalam kategori pesawat angkut. Pesawat terbang dengan dua buah mesinturboprop ini direncanakan akan terbang pertama kali pada tahun 2016 nanti. Namun produk yang satu ini bisa dikatakan masih rencana kasar yakni sebagai pengembangan dari armada sebelumnya, CN 235.

pesawat-n-245
ilustrasi
Produk pesawat terbang sebelumnya yakni CN 235 ynag merupakan produk patungan antara Indonesia dengan Spanyol atau PTDI dengan Casa dinilai memiliki ongkos operasional yang cukup tinggi. Berawal dari fakta kurang mengenakkan itu kemudian Dirgantara Indonesia yang bermarkas di Bandung ini berencana mengembangkannya menjadi CN 235 NG (Next Generation). Nah pesawat terbang ini lah yang kemudian disebut sebagai pesawat N 245. 

Pesawat N 245 yang irit secara operasional ini nantinya akan mempunyai ruang kabin yang lebih luas sehingga dengan begitu akan menambah jumlah muatan yang bisa dibawa (pay load). Produk pengembangan ini, sekali lagi, juga diklaim mempunyai ongkos operasi yang lebih kecil dari pendahulunya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini Dirgantara Indonesia sebagai satu-satunya produsen kapal terbang dalam negeri memang tampaknya tengah menelurkan ide-ide yang besar di samping memperoleh banyak job dan order. Semoga saja semua rencana atau gagasan baik ini berjalan mulus dan berakhir dengan kesuksesan.

Hingga artikel ini dopostingkan, penulis belum mendapatkan gambaran dari desain awal atau desain kasar pesawat N 245 yang katanya akan siap mengudara pada 2016 nanti. Selain pangsa pasar yang tinggi dan kecilnya biaya operasional, desain yang memenuhi karakter nilai estetika tinggi juga akan memepengaruhi minat para calon pembeli. Dibutuhkan sentuhan perasaan untuk menghasilkan produk yang selalu terlihat futuristik dan tidak ketinggalan jaman hingga puluhan tahun ke depan.

Negara-negara Asean saat ini telah mempercayai PT. Dirgantara Indonesia sebagai produsen pesawat terbang regional yang cukup kredibel dalam memenuhi keinginan para operator. Fakta ini terbukti dari minimnya keluhan para pelanggan terhadap produk-produk buatan pabrik pesawat di Bandung ini baik untuk produk-produk sayap tetap (fix wing) maupun sayap putar (rotary wing).

Pesawat Tempur Buatan Indonesia

Pesawat Tempur Buatan Indonesia


Masih terlalu lama buat negara ini punya jet tempur buatan sendiri. Rencananya PT. Dirgantara Indonesia siap memproduksi jet tempur sendiri baru di tahun 2020. Paling tidak dibutuhkan uang hingga 8 miliar USD atau sepadan dengan 78,4 triliun rupiah untuk dapat membangun sebuahprototype pesawat tempur indonesia yang bernama Indonesia Fighter Xperiment (IFX) yang bersertifikasi dan layak produksi.
 
pesawat tempur indonesia
(bentuk pesawat IFX)
Ini adalah jet tempur program kerja bareng (kemitraan) antara indonesia lewat kementerian pertahanan dan pihak pemerintah korea selatan. Dalam kerjasama itu indonesia mendapatkan porsi 20 persen dalam pendanaan atau senilai 15,68 triliun rupiah. Sementara itu korea selatan akan mendanai proyek ini sejumlah sisanya yakni 80 persennya.

Saat ini proyek besar tersebut pengembangannya telah memasuki tahap ke 2 yaitu engineering manufacturing development (pengembangan produksi teknik). Sesudah proses ini rampung, baru akan berlanjut ke tahap berikutnya berupa proses produksi serta pemeliharaan. Menurut informasi dari orang dalam, sesi engineering manufacturing development ini saja menghabiskan waktu 8 tahun di mana itu dimulai dari mendesain secara detail, mempersiapkan produksi, mengerjakan 6 sampai dengan 8 contoh produk (prototype), pengujian dan mendapatkan sertifikasi.

Hingga kisah ini dituliskan, proyek pengembangan pesawat tempur indonesia generasi 4,5 tersebut telah berjalan hampir 2 tahun, setelah beberapa waktu sempat tertunda. Dengan teknologi generasi 4,5 ini berarti IFX nantinya secara performance akan berada di bawah F-35 dan di atas F-16. Kalau semuanya lancar diproyeksikan pada 2020 jet tempur ini siap diproduksi masal.

Penulis melihat tahun 2020 masih sangat jauh sehingga proyek ini memakan waktu yang amat lama. Memang sebuah proyek bermuatan teknologi tinggi seperti ini membutuhkan strategi yang mantap dan persiapan yang lebih dari sekedar cukup. Namun rentang waktu yang lama akan berdampak pada menurunnya daya saing suatu produk, sebab bisa saja tahun 2020 teknologi F-16 sudah tak diperhitungkan lagi dan teknologi F-35 sudah tidak dikatakan super canggih lagi. Lantas kalau begitu di mana posisi IFX pada saat itu ?

Ini bukan sebuah ungkapan pesimistis, cuma sedikit bahan evaluasi yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan. Kalau kita kembali ke jaman beberapa abad silam, di sana ada seseorang yang mampu membuat proyek yang mana rata-rata orang akan menyelesaikannya selama 30 hari, tapi orang ini mampu mengerjakannya hanya dalam 3 hari saja. Yang diperlukan adalah tekad yang tidak setengah-setengah.

Indonesia-Turki Kerjasama Pembuatan Tank Medium

Indonesia-Turki Kerjasama Pembuatan Tank Medium

Tank tempur utama Altay Turki
(Ilustrasi) Tank tempur utama Altay buatan Turki (Foto : shephardmedia.com)
Saat pameran pertahanan International Defence Industry Fair (IDEF) 2013 ke-11 di Istanbul, Turki, lalu, Indonesia dan Turki sepakat untuk bersama-sama mengembangkan dan memproduksi tank medium. Berdasarkan kesepakatan itu, BUMN pembuat senjata Indonesia PT. PINDAD akan bekerjasama dengan FNSS Defence Systems Turki yang merupakan pabrikan kendaraan lapis baja Turki.

Penandatanganan kerja sama pembuatan tank medium itu merupakan langkah maju bagi kedua negara. Dan diharapkan nantinya Indonesia bisa menyerap teknologi tank milik Turki dan akhirnya Indonesia mampu membuat tank sendiri sebagai bagian dari upaya untuk mempercepat kemandirian produksi alutsista.

"Keduanya melakukan kerjasama untuk membuat tank. Waktu kerjasama diperkirakan tiga sampai lima tahun. Tahun ini diusahakan grand design tank tersebut selesai, tahun depan baru bisa dibuatprototipe-nya," ujar Silmy Karim, Asisten Komite Kebijakan Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan.

FNSS selama ini memang sudah menguasai teknologi tracked propulsion system (kendaraan beroda trek seperti pada tank) sementara Indonesia baru menguasai teknologi wheeled propulsion systems (seperti pada Anoa). Sebut saja berbagai kendaraan tempur, lapis baja, angkut personel dan berbagai sistem senjata lainnya sudah dibuat oleh FNSS. Indonesia diharapkan bisa mempelajari teknologi tracked propulsion system serta teknologi lain dengan kerjasama ini.

"Indonesia telah memilih Turki dan FNSS karena pengalaman dan teknologi maju kami di bidang ini sudah diakui secara internasional, ujar seorang pejabat FNSS. Dia juga mengatakan proyek co-produksi akan sampai ke bentuk jadi dalam empat tahun ke depan. "Kami sekarang sedang mengajukan proposal secara resmi untuk bersama-sama merancang, mengembangkan dan memproduksi tank medium," katanya.

Kendaraan tempur ACV-S buatan FNSS Turki
Kendaraan tempur ACV-S buatan FNSS Turki
Selain kerjasama pembuatan tank medium, Indonesia juga bekerjasama untuk membuat alat komunikasi dengan Turki. Dalam hal ini Indonesia diwakili oleh PT LEN dan Turki diwakili oleh ASELSAN, perusahaan yang sudah memiliki pengalaman memproduksi peralatan pertahanan dan keamanan.

Pada IDEF 2013 tersebut, Indonesia juga mengikutsertakan delapan industri pertahanan terbaik milik BUMN dan swasta. Tidak hanya dengan Turki, Indonesia juga mengupayakan kerjasama pertahanan dengan negara-negara lain. Termasuk juga dalam hal penjualan industri pertahanan produksi dalam negeri.

Turki saat ini juga berhasil membuat tank tempur utama (MBT) dengan nama Altay. Tank berbobot 65 ton ini dipersenjatai meriam kaliber 120 mm dan senapan mesin 12,67 mm. Tank ini mampu mencapai kecepatan 70 km/jam di jalan mulus. Baru-baru ini dikabarkan, Arab Saudi berminat untuk mengakuisisi tank Altay.

Pada 21 Mei lalu, Turki juga mengumumkan telah meluncurkan kendaraan lapis baja intai baru (sistem tracked) "Kaplan" yang berarti dalam bahasa turki berarti Harimau.

Malaysia - Indonesia Berpacu Membuat Pesawat Tempur

Malaysia – Indonesia Berpacu Membuat Pesawat TempurPerancis tawarkan pembuatan pabrik jet tempur rafale di Malaysia (photo by Dassault Aviation)

Perancis tawarkan pembuatan pabrik jet tempur rafale di Malaysia (photo by Dassault Aviation)
Perancis menawarkan pembuatan pesawat tempur Rafale di Malaysia, jika negara Jiran itu mau memilih Rafale sebagai pesawat tempur baru mereka. “Kami mempertimbangkan jalur perakitan di Malaysia”, ujar pimpinan eksekutif Dassault Aviation , Eric Trappier, saat diwawancarai lewat telepon dalam ajang Langkawi Air Show, Malaysia.
Saat ini Malaysia sedang mencari 18 pesawat tempur untuk menggantikan Mig 29 Rusia, dengan tiga alternatif:  Eurofighter, F-18  dan  Gripen,  produksi Saab Swedia.
Malaysia memiliki beberapa perusahaan terkait industri dirgantara. Antara lain CTRM, Composites Technology Research Malaysia. CTRM merupakan suplier beberapa komponen untuk sayap pesawat Airbus A320 Series. Sekitar 20 persen wing surface dari Airbus A320 merupakan produksi CTRM. Produk mereka untuk A320 antara lain: Moveable fairing, over wing panels, a320 spoilers, under wing, a320 fix fairing dan beberapa lainnya. CTRM juga penyuplai beberapa composites aero structures untuk pesawat Airbus A380, serta Airbus A400M Militer.
Malaysia juga memiliki industri dirgantara SME Aerospace, yang membuat sejumlah komponen kecil untuk pesawat: Airbus A330/A340, Airbus A320, Boeing B777, Eurocopter EADS, Avro RJ/RJX dan BAE Hawk. Untuk urusan Maintenance, Repair & Overhaul (MRO), Malaysia memiliki AIROD yang telah menggarap berbagai jenis pesawat dan helikopter.
Tawaran Perancis yang akan membuat perakitan pesawat tempur Rafale di Malaysia, untuk mendorong Malaysia mampu menciptakan industri penerbangan sendiri dikemudian hari.
Langkah Dassault Aviation ini membuat pemerintah Malaysia tertarik dengan pesawat tempur Rafale.  ”Malaysia tertarik mendorong industri dalam negeri mereka, untuk terlibat dalam pembuatan pesawat”, ujar pimpinan eksekutif Dassault Aviation, Eric Trappier. Menurut Erick, mereka sangat mendukung keinginan Malaysia, jika pesawat Rafale dipilih Malaysia sebagai pesawat baru mereka. Dan saat ini, Dassault telah menandatangani kontrak dengan perusahaan CTRM, Zetro Aerospace dan SaputraMalaysia, untuk kerjasama pembuatan komponen pesawat.
Dari tiga jenis pesawat yang hendak dibeli Malaysia, kandidat terkuat tinggal dua yakni: Eurofighter Typhoon dan Dassault Rafale. Namun,dalam ujicoba yang dilakukan Malaysia, Eurofighter Typhoon dianggap lemah dalam operasi serangan darat dan kemampuan radar, meski memiliki daya tahan yang tinggi. Tampaknya Malaysia akan memiih Rafale, sekaligus untuk menghidupkan keinginan Malaysia membuat pesawat tempur.
Pesawat tempur multi-role Rafale bergabung dengan militer Perancis tahun 2001 dan mampu menjalankan misi: serangan darat, serangan laut, intai tempur, misi serangan nuklir dan intersepsi udara. Saat ini Perancis sedang berjuang menemukan pembeli asing pertama yang mau membeli pesawat tempur mereka, yang dibangun dengan biaya puluhan miliar euro.
Menurut Dassault Aviation, India telah memilih Rafale untuk pengadaan (sebagian besar) 126 pesawat tempur baru dan Perancis bersedia membangun pesawat itu di India, jika kontrak final jadi ditandatangani tahun ini.
Jet Tempur Rafale Perancis (photo by Andrew Dro)
Jet Tempur Rafale Perancis (photo by Andrew Dro)
 Bagaimana dengan Indonesia ?
Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsuddien, Kamis 13 Juni 2013, menyatakan program pesawat tempur IFX/KFX yang sudah berjalan 18 bulan dan melibatkan seluruh komponen bangsa, harus terus berjalan secara berkelanjutan.
Pemerintah dan Komisi I DPR melakukan Rapat Dengar Pendapat di kantor PT DI, Bandung, khusus membahas kelanjutan proyek pesawat tempur Indonesia-Korea Selatan. Kementerian Pertahanan akan menggandeng Defense Industry Cooperation Committe (DICC) dalam pembuatan jet tempur Indonesia.
Menurut Sjafrie, program pesawat tempur PT DI bekerjasama dengan pemerintah Korea Selatan, harus selesai pada tahun 2020, sehingga siapapun yang menjadi presiden akan datang, harus memiliki komitmen melanjutkan program ini. Saat ini, PT DI sedang mempersiapkan diri masuk dalam tahap kedua, yaitu Engineering Manufacturing Development, pengembangan pesawat tempur IFX/KFX. Dari 72 teknologi, masih ada 30 item yang harus disiapkan oleh PT DI.
“Program pesawat tempur IFX/KFX adalah program nasional demi kepentingan bangsa dan Negara. Oleh karena itu kita harus mewujudkannya demi kemandian bangsa dalam membangun kekuatan pertahanannya,” tutur Sjafrie Sjamsuddien,
Ketua Komisi I DPR, TB Hasanudin, menyatakan DPR sejalan dengan pemerintah untuk melanjutkan program ini, siapapun kekuatan politik di masa depan yang memimpin negara Indonesia.
Disain Jet Tempur KFX / IFX, Korea Selatan - Indonesia
Disain Jet Tempur KFX / IFX, Korea Selatan – Indonesia
KKIP
Dalam kesempatan dan waktu terpisah, Sidang Kesembilan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) juga membahas agenda perkembangan alih teknologi kapal selam dan perkembangan program pesawat jet tempur KF-X/IF-X.
KKIP sedang menyusun agenda pembangunan infrastruktur pembuatan kapal selam di Surabaya melalui PT PAL dan pesawat jet tempur di Bandung melalui PT DI.  Ditargetkan, paling lambat dalam dua hingga tahun ke depan, Indonesia telah memiliki infrastruktur industri pembuatan kapal selam dan pesawat jet tempur berteknologi canggih, di atas pesawat tempur sekelas Sukhoi dan F-16.
Menurut Menteri Pertahanan sekaligus Ketua KKIP, Purnomo Yusgiantoro, pembangunan infrastruktur kapal selam dan jet tempur akan dijadikan sebagai program nasional. Payung hukumnya sedang dipersiapkan, agar tidak menemui hambatan.
“Butuh dukungan parlemen, karena program ini pasti akan melalui lintas parlemen. Dibutuhkan payung hukum agar menjadi proyek nasional,” ujar Purnomo.
Pembangun infrastruktur pembuatan kapal selam, akan bekerja sama secara khusus dengan Korea Selatan dan dimulai dari kesepakatan lisensi,engineering manufacturing development, hingga prototipe.
Model Kapal Selam Changbogo
Model Kapal Selam Changbogo
Saat ini kedua pihak telah sampai pada tahap teknologi desain. Dua tahun ke depan ditargetkan akan mencapai tahap engineering manufacturing development dan prototipe. “Dari sisi teknis, kita juga sudah kirim 52 ahli untuk belajar teknologi design,” lanjut Purnomo Yusgiantoro, usai Sidang Kesembilan KKIP bertajuk “Membangun Sinergitas Menuju Kemandirian Industri Pertahanan”, Selasa (11/6).
Sidang Kesembilan KKIP ini dipimpin langsung Menhan Purnomo Yusgiantoro selaku Ketua Harian KKIP, didampingi Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin sebagai Sekretaris. Pembahasan juga dihadiri Ses Menristek, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemperin, Deputi II Kementerian BUMN, serta Kasum TNI dan Asrena Kapolri.

The Legend F-16 A/B Block 15 OCU TNI AU “The Dragons”

The Legend F-16 A/B Block 15 OCU TNI AU “The Dragons”

F-16 A/B BLOCK 15 OCU TNI AU “THE DRAGONS”

F-16 TNI AU
Dibalik Keputusan Pembelian
Terbentuknya skuadron udara 3 yang berkedudukan di Iswahyudi, Madiun, diawali dengan kebutuhan Indonesia akan pesawat tempur yang berdaya gempur tinggi dan berteknologi tinggi pada saat itu yaitu di era tahun 80-an. Indonesia butuh pesawat  demikian dengan tujuan  untuk menyejajarkan diri dengan negara-negara lain dalam penguasaan dan pemilikan jet tempur berteknologi tinggi. Oleh karena itulah, Menhankam/ Pangab M. Yusuf mewakili Presiden Soeharto ingin menyatakan permintaan langsung kepada Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan untuk diperbolehkan membeli pesawat tempur F-16 Fighting Falcon . Menhan AS pada saat itu menjawab,“NO”, dengan alasan yang politis sebab F-16 hanya dijual ke negara-negara NATO dan Israel saja.
M. Yusuf pada saat itu ngambek mendengar kalimat penolakan tersebut. Adu urat antara Menhan AS dengan M. Yusuf terjadi, dimana M. Yusuf tetep keukeuh pada pendirian semula agar bisa ketemu langsung Ronald Reagan. Karena tidak terjadi kesepakatan, akhirnya M. Yusuf pulang dengan rasa tidak senang kepada pihak AS. Ketika melihat tamunya langsung pulang dari pertemuan tsb, pihak AS  merasa bingung dan akhirnya mengejar rombongan tersebut sampai Tokyo dan membujuk-bujuk M. Yusuf agar mau kembali meneruskan pembicaraan. Akhirnya setelah diadakan pertemuan kembali, permintaan Indonesia akan pesawat F-16 diluluskan. Mungkin klo M. Yusuf tidak ngambek maka Indonesia tidak mendapat pesawat ini…. :D
Proyek Bimasena
Untuk merespon persetujuan AS tentang pembelian F-16 RI, maka diadakan persiapan-persiapan yang dianggap perlu untuk melancarkan kegiatan ini yang kemudian dinamakan “Proyek Bimasena”. Proyek ini dipimpin oleh Marsekal Muda TNI S. Adi dimana  kegiatan yang dilakukan misalnya menyiapkan perkantoran, hanggar, taxi way, gudang serta bangunan-bangunan lain yang diperlukan di lapangan udara Iswahyudi, Madiun.
Kontrak pembelian F-16 dari AS ke pemerintah RI ditanda tangani pada tanggal 30 Agustus 1986 dimana pada kontrak tersebut dinyatakan bahwa RI membeli 12 pesawat F-16 Fighting Falcon dengan paket harga pembelian dari AS sebesar 329 juta dolar. Paket pembelian ini termasuk pembelian pesawat, pelatihan penerbang dan crew teknisi, ongkos pengiriman pesawat dan juga spare part pesawat untuk 2 tahun pemakaian mencakup 107.000 item.
Pada tanggal 12 Desember 1989, dan disambut langsung oleh Menhankam/Pangab L.B Moerdani  di Lanud Iswahyudi, Madiun. Akhirnya,   kedua F-16 pertama yang dimiliki oleh RI mendarat setelah melakukan perjalanan ferry yang panjang dari Dallas Fort Worth, Texas. Penerbangan perdana ini dilakukan oleh Mayor Penerbang Sidehabi dan Mayor Penerbang Rodi Suprasodjo. Penerbangan ferry ini memakan waktu dari tanggal 8 sampai dengan tanggal 12, melewati rute Dallas – Hawai-Guam – Madiun.  Diselingi menginap istirahat dan isi bahan bakar di Hawaii serta di Guam.  Bagaimana dengan 10 pesawat F-16 RI yang lain? Ternyata kedatangan pesawat-pesawat tersebut tidak sekaligus, namun secara bertahap. Dan akhirnya pada tahun 1990, lengkap sudah elang-elang udara ini mengisi homebase mereka di skuadron 3,  lanud Iswahyudi dan siap menjaga kedaulatan wilayah udara RI. Dengan telah lengkapnya F-16 RI, proyek Bimasena dinyatakan berakhir.
F-16 Fighting Falcon Indonesia
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics, di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, dan akhirnya berevolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. Kemampuan F-16 untuk bisa dipakai untuk segala macam misi inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat. Pesawat ini sangat popular di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.
12 Pesawat F-16 RI yang dipesan dari AS terdiri dari 8 pesawat berkursi tunggal (A) dan 4 pesawat berkursi ganda (B) dimana kedua pesawat tersebut merupakan F-16 dari Block 15 (Operational Capability Upgrade )OCU. F-16 A/B Block 15 OCU  dilengkapi Westinghouse AN/APG-66 Pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dengan 14.670 lbf (64.9 kN), 23.830 lbf (106,0 kN) dengan afterburner.
F-16 A/B Block 15 OCU berbeda dengan versi awal dari F-16 produksi awal. F-16 A/B Block 15 OCU dibuat dengan memenuhi standar Operational Capability Upgrade (OCU), yang mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemampuan menembakkan AGM-65,AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data. Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg.
SPESIFIKASI F-16 SECARA UMUM :
Manufacturer: General Dynamics
Crew: 1/2
Engines: 1 Pratt &Whitney F100- PW-100 or -220 turbofan or I General Electric F110-GE-100 turbofan
Max power: F100-PW-220: 23,800 Ib (10,796 kg) static thrust F110-GE-100: 28,900 Ib (13,109 kg) static thrust
Internal fuel capacity: F-16 C: 6,972 Ib (3,162 kg) or approx 1,073 US gal(4,060 liters)F-16 D: 5,785 Ib (2,624 kg) or approx 890 US gal (3,369 liters)
External fuel capacity: 6,760 Ib (3,066 kg) or approx 1,040 US gal (3,936 liters)
WEIGHTS:
Empty: 18,238 Ib (8,273 kg) combat weight (50 % fuel and 2 Sidewinder AAMs)F100-PW-220: 26,250 Ib(11,907kg)F110-GE-100: 27,350 Ib(12,406 kg)
Max takeoff: 42,300 Ib (19,187 kg)
DIMENSIONS:
Wingspan to rails: 31 ft (9.45 m)
with missiles: 32 ft 10 in (10m)
Length: 49 ft 3 in (15.03 m)
Height: 16 ft 8 in (4.95 m)
Wing area: 300 ft2 (27.87 m2)
PERFORMANCE:
Max speed: more than 1,146 kts (1,320 mph; 2,124 km/h) or Mach 2 ceiling 60,000 ft (18,300 m)
Radius: F-16 A, with 6 500-lb (227-kg) bombs, hi-lo-hi.
Internal fuel: 295 nm(340 mi; 547 km) F-16 C, weapons load unspecified: more than 500 nm (575 mi; 925 km)
Ferry range: more than 2,100 nm (2,420 mi; 3,891 km)
Armament: 1 M61 20-mm multibarrel cannon with 515 rounds and 2 450-lb (204-kg) capacity wingtip launch rails for AAM and 6 wing, 1 belly, and 2
inlet weapons stations for AAM, bombs, air-toground missiles, fuel, rockets, chaff/flare dispensers, or electronics pods; of these:2 700-lb (318-kg) capacityouter wing pylons for AAM only 2 3,500-lb (1,588-kg) middle wing pylons AAM and other stores 2 4,500-lb (2,041-kg)inboard wing pylons for other stores only 1 2,200-lb (998-kg) capacity fuselage hardpoint for bombs,dispensers, or fuel2 900-lb (408-kg) inlet stub pylons for electronics pods
Radar: AN/APG-68 pulse- Doppler

F-16 Fighting Falcon Variants : Block 15, Block 25, Block 30/32, Block 50/52

F-16 Fighting Falcon Variants : Block 15, Block 25, Block 30/32, Block 50/52

10 Oktober 2011

F-16A block 15 Indonesian Air Force (photo : Scramble)

F-16A/B
The F-16A (single seat) and F-16B (two seat) were initially equipped with the Westinghouse AN/APG-66 pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, rated at 14,670 lbf (64.9 kN) and 23,830 lbf (106.0 kN) with afterburner. The USAF bought 674 F-16As and 121 F-16Bs, with delivery completed in March 1985.

F-16A/B Block 15
The first major change in the F-16, the Block 15 aircraft featured larger horizontal stabilizers, the addition of two hardpoints to the chin inlet, an improved AN/APG-66(V)2 radar, and increased capacity for the underwing hardpoints. The Block 15 also gained the Have Quick II secure UHF radio. To counter the additional weight of the new hardpoints, the horizontal stabilizers were enlarged by 30%. Block 15 is the most numerous variant of the F-16, with 983 produced. The last one was delivered in 1996 to Thailand.

F-16C/DF-16C (single seat) and F-16D (two seat).

F-16C block 25 Air National Guard (photo : Air and Space)

F-16C/D Block 25The Block 25 F-16C first flew in June 1984 and entered USAF service in September. The aircraft are fitted with the Westinghouse AN/APG-68 radar and have improved precision night-attack capability. Block 25 introduced a very substantial improvement in cockpit avionics, including improved fire-control and stores management computers, an Up-Front Controls (UFC) integrated data control panel, data-transfer equipment, multifunction displays, radar altimeter, and many other changes. Block 25’s were first delivered with the Pratt & Whitney F100-PW-200 engine and later upgraded to the Pratt & Whitney F100-PW-220E. With 209 models delivered, today the USAF’s Air National Guard and Air Education and Training Command are the only remaining users of this variant. One F-16C, nicknamed the Lethal Lady, had flown over 7,000 hours by April 2008.

F-16C/D Block 30/32

F-16C block 32 Air National Guard (photo : Luke Getsno)

Three U.S. Air Force F-16 Block 30 aircraft fly in formation over South Korea, 2008
This was the first block of F-16s affected by the Alternative Fighter Engine project under which aircraft were fitted with the traditional Pratt & Whitney engines or, for the first time, the General Electric F110-GE-100. From this point on, blocks ending in "0" (e.g., Block 30) are powered by GE, and blocks ending in "2" (e.g., Block 32) are fitted with Pratt & Whitney engines.

The first Block 30 F-16 entered service in 1987. Major differences include the carriage of the AGM-45 Shrike, AGM-88 HARM, and the AIM-120 missiles. From Block 30D, aircraft were fitted with larger engine air intakes (called a Modular Common Inlet Duct) for the increased-thrust GE engine. Since the Block 32 retained the Pratt and Whitney F-100 engine, the smaller (normal shock inlet) was retained for those aircraft. A total of 733 aircraft were produced and delivered to six countries. The Block 32H/J aircraft assigned to the USAF Thunderbird flight demonstration squadron were built in 1986 and 1987 and are some of the oldest operational F-16s in the Air Force. The Air National Guard procured many upgrades for their fleet of aging block 30/32s including the addition of improved inertial guidance systems, improved electronic warfare suite (AN/ALQ-213), and upgrades to carry the Northrop Grumman LITENING targeting pod. The standard Inertial Navigation Unit (INU) was first changed to a ring laser gyro, and later upgraded again to an Embedded GPS/INS (EGI) system which combines a Global Positioning System (GPS) receiver with an Inertial Navigation System (INS). The EGI provided the capability to use Joint Direct Attack Munition (JDAM) and other GPS-aided munitions (see Block 50 list below). This capability, in combination with the LITENING targeting pod, greatly enhanced the capabilities of this aircraft. The sum of these modifications to the baseline Block 30 is commonly known as the F-16C++ (pronounced "plus plus") version.

F-16C/D Block 50/52

F-16C block 52 USAF (photo : tvl1970)

The first Block 50/52 F-16 was delivered in late 1991; the aircraft are equipped with improved GPS/INS, and the aircraft can carry a further batch of advanced missiles: the AGM-88 HARM missile, JDAM, JSOW and WCMD.Block 50 aircraft are powered by the F110-GE-129 while the Block 52 jets use the F100-PW-229.

F-16C/D Block 50/52 Plus

F-16C block 52 plus RSAF (photo : TouchDown Aviation)

This variant, which is also known as the Block 50/52+. Its main differences are the addition of support for conformal fuel tanks (CFTs), a dorsal spine compartment, the APG-68(V9) radar, an On-Board Oxygen Generation (OBOGS) system and a JHMCS helmet.

The CFTs are mounted above the wing, on both sides of the fuselage and are easily removable. They provide an additional 440 US gallon or approximately 3,000 pounds (1,400 kg) of additional fuel, allowing increased range or time on station and frees up hardpoints for weapons instead of underwing fuel tanks. All two-seat "Plus" aircraft have the enlarged avionics dorsal spine compartment which is located behind the cockpit and extends to the tail. It adds 30 cu ft (850 L) to the airframe for more avionics with only small increases in weight and drag.

Poland took delivery of its first F-16C Block 52+ aircraft on 15 September 2006. The "Poland Peace Sky program" includes 36 F-16Cs and 12 F-16Ds. All 48 aircraft were delivered in 2008. The Hellenic Air Force took delivery of its first F-16C Block 52+ aircraft on 22 May 2008. The total Greek order is for 20 F-16Cs and 10 F-16Ds. The remaining 26 aircraft should be delivered by March 2010. Pakistan Air Force has order 18 F-16C/D Block 52+ which include 10 F-16C and 8 F-16D. The Israeli F-16I and its Singapore equivalent variant are based on the block 52+ aircraft.

F-16 Falcon Block15,2530/32,50/52 (Bahasa Indonesia)

F-16 Falcon Varian: Blok 15, Blok 25, Blok 30/32, Blok 50/52 (Bahasa Indonesia)


F-16A blok 15 Indonesia Angkatan Udara (foto: Perebutan)

F-16A / B
F-16A (kursi tunggal) dan F-16B (dua kursi) yang awalnya dilengkapi dengan Westinghouse AN/APG-66 pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dinilai pada 14.670 lbf (64,9 kN) dan 23.830 lbf (106,0 kN) dengan afterburner. The USAF membeli 674 F-16As dan 121 F-16Bs, dengan pengiriman selesai pada Maret 1985.

F-16A / B Block 15
Perubahan besar pertama di F-16, 15 pesawat Blok menampilkan stabilisator horizontal yang lebih besar, penambahan dua cantelan ke inlet dagu, sebuah AN/APG-66 ditingkatkan (V) 2 radar, dan meningkatkan kapasitas untuk cantelan underwing. The Block 15 juga memperoleh Memiliki Cepat II radio UHF aman. Untuk mengatasi berat tambahan dari cantelan baru, stabilisator horizontal yang diperbesar dengan 30%. Blok 15 adalah yang paling banyak varian F-16, dengan 983 diproduksi. Yang terakhir disampaikan pada tahun 1996 ke Thailand.

F-16C / D
F-16C (kursi tunggal) dan F-16D (dua kursi).


F-16C blok 25 Air National Guard (foto: Air and Space)

F-16C / D Block 25
The Block 25 F-16C pertama terbang pada bulan Juni 1984 dan memasuki layanan USAF pada bulan September. Pesawat dilengkapi dengan Westinghouse AN/APG-68 radar dan telah meningkatkan kemampuan malam-serangan presisi. Blok 25 memperkenalkan peningkatan yang sangat besar dalam avionik kokpit, termasuk kontrol api dan toko komputer perbaikan manajemen, seorang Kontrol Up-Front (UFC) panel kontrol data terintegrasi, peralatan transfer data, display multifungsi, radar altimeter, dan banyak perubahan lain. Blok 25 yang pertama kali disampaikan dengan Pratt & Whitney F100-PW-200 mesin dan kemudian ditingkatkan ke Pratt & Whitney F100-PW-220E. Dengan 209 model yang disampaikan, hari ini Air National Guard Angkatan Udara dan Air Pendidikan dan Pelatihan Komando adalah satu-satunya pengguna yang tersisa dari varian ini. Satu F-16C, dijuluki Lady Lethal, telah terbang lebih dari 7.000 jam dengan April 2008.

F-16C / D Block 30/32


F-16C blok 32 Air National Guard (foto: Lukas Getsno)

Tiga Angkatan Udara AS F-16 Block 30 pesawat terbang dalam formasi atas Korea Selatan, 2008
Ini adalah blok pertama F-16 terkena proyek mesin Fighter Alternatif di mana pesawat yang dilengkapi dengan mesin Pratt & Whitney tradisional atau, untuk pertama kalinya, General Electric F110-GE-100. Dari titik ini, blok berakhiran "0" (misalnya, Blok 30) yang didukung oleh GE, dan blok berakhiran "2" (misalnya, Blok 32) dilengkapi dengan mesin Pratt & Whitney.

Pertama Block 30 F-16 memasuki layanan pada tahun 1987. Perbedaan utama meliputi pengangkutan RUPS-45 Shrike, AGM-88 HARM, dan AIM-120 rudal. Dari Blok 30D, pesawat yang dilengkapi dengan intake udara mesin yang lebih besar (disebut Inlet Duct umum Modular) untuk mesin meningkat-dorong GE. Sejak Blok 32 mempertahankan Pratt dan Whitney F-100 mesin, lebih kecil (shock inlet normal) dipertahankan untuk pesawat tersebut. Sebanyak 733 pesawat yang diproduksi dan dikirim ke enam negara. The Block 32H / J pesawat ditugaskan untuk USAF Thunderbird demonstrasi penerbangan skuadron dibangun pada tahun 1986 dan 1987 dan beberapa tertua operasional F-16 di Angkatan Udara. The Air National Guard diperoleh banyak upgrade untuk armada mereka penuaan 30/32s blok termasuk penambahan peningkatan sistem inersia bimbingan, ditingkatkan Suite peperangan elektronik (AN/ALQ-213), dan upgrade untuk membawa Northrop Grumman LITENING penargetan pod. Standar Satuan Navigasi Inertial (INU) pertama kali berubah menjadi ring laser gyro, dan kemudian ditingkatkan lagi ke GPS / INS (EGI) sistem tertanam yang menggabungkan Global Positioning System (GPS) receiver dengan Inertial Navigation System (INS). EGI diberikan kemampuan untuk menggunakan Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan amunisi GPS-aided lainnya (lihat Block 50 daftar di bawah). Kemampuan ini, dalam kombinasi dengan penargetan pod LITENING, sangat meningkatkan kemampuan pesawat ini. Jumlah modifikasi ini ke dasar Blok 30 umumnya dikenal sebagai F-16C + + (diucapkan "plus plus") versi.

F-16C / D Block 50/52


F-16C Blok 52 USAF (foto: tvl1970)

Pertama Block 50/52 F-16 disampaikan pada akhir 1991, pesawat ini dilengkapi dengan peningkatan GPS / INS, dan pesawat dapat membawa batch lebih lanjut dari rudal canggih: RUPS-88 HARM rudal, JDAM, JSOW dan WCMD. Blokir 50 pesawat yang didukung oleh F110-GE-129 sedangkan Blok 52 jet menggunakan F100-PW-229.

F-16C / D Block 50/52 Ditambah


F-16C blok 52 ditambah RSAF (foto: Touchdown Aviation)

Varian ini, yang juga dikenal sebagai Blok 50/52 +. Perbedaan utamanya adalah penambahan dukungan untuk tangki bahan bakar konformal (CFTs), kompartemen tulang punggung, APG-68 (V9) radar, sebuah On-Board Oxygen Generation (OBOGS) sistem dan helm JHMCS.

Para CFTs dipasang di atas sayap, di kedua sisi badan pesawat dan mudah dilepas. Mereka menyediakan tambahan 440 galon AS atau sekitar 3.000 pon (1.400 kg) dari bahan bakar tambahan, yang memungkinkan peningkatan jangkauan atau waktu di stasiun dan membebaskan cantelan untuk persenjataan bukan tangki bahan bakar underwing. Semua dua kursi "Plus" pesawat memiliki kompartemen tulang punggung diperbesar avionik yang terletak di belakang kokpit dan meluas ke ekor. Ia menambahkan 30 kaki kubik (850 L) ke badan pesawat untuk lebih avionik dengan hanya sedikit peningkatan berat badan dan drag.

Polandia mengambil pengiriman pertama F-16C Blok 52 + pesawat pada 15 September 2006. The "Polandia Program Sky Perdamaian" mencakup 36 F-16Cs dan 12 F-16Ds. Semua 48 pesawat dikirim pada 2008. The Hellenic Angkatan Udara mengambil pengiriman pertama F-16C Blok 52 + pesawat pada tanggal 22 Mei 2008. Total order Yunani selama 20 F-16Cs dan 10 F-16Ds. Pesawat sisanya 26 harus disampaikan pada bulan Maret 2010. Angkatan Udara Pakistan memiliki urutan 18 F-16C / D Block 52 + yang meliputi 10 F-16C dan F-16D 8. Israel F-16I dan setara varian Singapura didasarkan pada blok 52 + pesawat.

Planet Sedna Sebabkan Makhluk Bumi Punah

Planet Sedna Sebabkan Makhluk Bumi Punah

planet sedna

Planet Sedna memiliki orbit jangka waktu 12,000 tahun di resonansi teratur diyakini mengganggu orbit dan rotasi Jupiter, Mars dan bumi yang menyebabkan kepunahan makhluk hidup setiap kali kedatangannya.
Planet Sedna sangat berbeda dengan teori palsu planet Nibiru ataupun planet X, beberapa ilmuwan menyebutnya sebagai Dual Sun (matahari ganda). Planet Sedna masih belum bisa dijelaskan secara pasti, apakah objek ini benar-benar sebuah planet, protostar, atau bintang yang masih muda. Walter Cruttendon, penulis dan peneliti telah mengidentifikasi kandidat yang mungkin menjadi matahari ganda (dual sun) yang ditulis dalam bukunya ‘The Lost Star of Myth and Time‘.

Planet Sedna, Objek Angkasa Misterius

Tidak ada sifat definitif objek di luar angkasa yang ditemukan satelit IRAS milik NASA pada tahun 1983. Pada tanggal 27 Dec 1983 artikel di San Francisco Chronicle dan surat kabar lainnya secara terbuka memberitakan penemuan benda angkasa baru tidak teridentifikasi. Artikel itu menyatakan:
“Sangat misterius, obyek yang tidak diketahui astronom. Apakah itu planet, komet raksasa, sebuah ‘Protobintang’ di dekatnya yang tidak pernah mendapat cukup panas untuk menjadibintang di galaksi yang terlalu muda sehingga masih dalam proses pembentukan bintang pertama atau galaksi itu sendiri. Diselimuti debu yang tidak ada cahaya bintang yang melaluinya.”
BBC dan South Pole Camera telah mencatat benda luar angkasa dan meyakini objek yang diidentifikasi oleh satelit IRAS NASA kemungkinan adalah Planet Sedna. Orbit planet luar, planet Mars dan planet Bumi sedang terganggu oleh benda angkasa luar, dan penjelasan yang sederhana bahwa benda angkasa tersebut merupakan matahari ganda. Pada tahun 1992, siaran pers NASA melaporkan objek pengganggu di orbit Uranus dan Neptunus. Hal ini diketahui bahwa objek pengganggu tersebut merupakan Planet Sedna.
Perubahan kemiringan sumbu Bumi mempengaruhi iklim dan faktor lainnya yang pada gilirannya mempengaruhi orbit bumi. Sesuatu sedang mengganggu kemiringan sumbu Bumi serta orbit bumi, benda angkasa yang diidentifikasi dalam pers rilis 1992 NASA adalah penyebab gangguan tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan orbit bumi terkait dengan kepunahan makhluk hidup.
Perihelion (atau titik terdekat dengan matahari kita) dari matahari ganda (Planet Sedna) dengan perkiraan 283 juta mil atau 2,85 kali jarak Bumi ke Matahari, dan berada di Sabuk Asteroid Mars-Jupiter. Sabuk Asteroid pada kenyataannya merupakan sebuah planet yang pernah berada di tata surya kita dan ‘kacau’ akibat adanya Planet Sedna. Beberapa ilmuwan memperkirakan bahwa Sabuk Asteroid adalah planet yang hancur atau tidak terbentuk akibat adanya Planet Sedna.

Planet Sedna Dan Mitos Bintang Yang Hilang

Penulis dan peneliti Walter Cruttendon, tampaknya telah mengidentifikasi kandidat yang mungkin menjadi bintang kembar pasangan matahari dalam karyanya ‘The Lost Star of Myth and Time‘. Hipotesis umum tentang mitos bintang yang hilang bahwa gerakan tata surya kita berada di orbit biner, sekitar bintang pasangannya, tidak hanya menghasilkan presesi tapi juga membawa bumi keluar dari medan elektromagnetik yang mempengaruhi ionosfer bumi, magnetosfer, sehingga menghasilkan Abad Kegelapan dan Abad Keemasan yang selaras dengan siklus presesi.
Selama ribuan tahun, Bumi berada dalam fase turun yang terlihat sejak penurunanMesopotamia, Mesir Kuno, Mediterania, Megalitik, dan kebudayaan Mesoamerika, yang puncaknya sejak Zaman Kegelapan terakhir (sekitar tahun 500 M). Jika hipotesis ini benar, manusia akan menemukan budaya yang sangat kuno, semakin banyak situs arkeologi yang lebih tua, lebih besar canggih, dll. Selama 30 tahun terakhir telah terbukti menjadi kasus arkeolog dan sejarawan dari semua jenis, menyadari bahwa manusia bukan hanya spesis pemburu-pengumpul yang hidup 5000 tahun lalu.
Penelitian Binary Research Institute (BRI) telah menemukan bahwa karakteristik orbital planetoid baru disebut ‘Sedna’ yang menunjukkan kemungkinan bahwa matahari mungkin bagian dari sistem bintang biner. Sebuah sistem matahari ganda terdiri dari dua bintang dengan gravitasi terikat dan mengorbit pusat massanya. Objek ini pernah dianggap sangat tidak biasa, sistem seperti sekarang dianggap umum di galaksi Bima Sakti. Walter Cruttenden (BRI), Profesor Richard Muller (UC Berkeley), Dr.Daniel Whitmire (University of Louisiana), telah lama berspekulasi bahwa matahari mungkin memiliki pendamping yang belum ditemukan. Sebagian besar bukti telah ter-statistik secara fisik.
Penemuan baru Planet Sedna, sebuah planet kecil seperti objek pertama kali terdeteksi oleh astronomDr.Michael Brown (Cal Tech) yang bisa menjadi bukti fisik secara tidak langsung sebagai matahari ganda. Sedna bergerak dalam orbit elips yang sangat tidak biasa, Walter Cruttenden telah menyatakan bahwa Planet Sedna bergerak dalam resonansi orbital dengan data yang diterbitkan sebelumnya sebagai hipotetis ‘matahri ganda‘. Walter Cruttenden setuju bahwa orbit Planet Sedna yang elips sangat luar biasa, dia juga mengatakan bahwa orbit yang memiliki jangka waktu 12,000 tahun di resonansi teratur dengan periodisitas orbit yang diharapkan dari sebuah bintang pendamping.
Dengan penemuan terbaru Dr.Brown (Sedna dan Xena) yang sekarang dipastikan lebih besar dari Pluto, dan pengamatan waktu seperti Cruttenden, pencarian matahari ganda telah mendapatkan momentum. Cruttenden percaya bahwa orbit Planet Sedna yang tidak biasa adalah sesuatu yang menunjukkan konfigurasi sistem surya, menggambarkan sesuatu tentang saat ini meskipun kekuatan sistem surya tak terduga, kemungkinan besar Planet Sedna merupakan matahari ganda.

Objek Terang Misterius Ditemukan di Mars

Objek Terang Misterius Ditemukan di Mars


Robot Curiosity yang menjalankan misi di planet Mars sejak mendarat 6 Agustus 2012 lalu kembali membuat penemuan menarik. Kali ini, Curiosity menemukan sebuah objek yang belum bitersebut ditemukan ketika robot beroda enam itu dengan menyekop tanah Mars di wilayah yang disebut Rocknest. Objek ditemukan dalam pengambilan sampel kedua pada Jumat (12/10/2012) lalu.

Sebelumnya, Curiosity juga sempat menemukan objek terang pada Minggu (7/10/2012). Namun, setelah diselidiki, objek tersebut ternyata sampah. Ada 5 hingga 6 objek serupa yang diduga berasal proses pendaratan Curiosity.

Pengalaman tersebut membuat tim pengendali misi berhati-hati. Pada pengambilan sampel kali ini, tim tak langsung meminta Curiosity mengambil objek misterius itu. Curiosity diminta bergerak ke beberapa sisi dan mengambil gambar, mengetahui adanya objek sejenis.

"Kita super paranoid. Tim memutuskan bahwa jika memang sampel itu adalah buatan manusia, lebih baik kita tidak mengambilnya," ungkap John Grotzinge dari California Institute of Technology di Pasadena, anggota tim pengendali, seperti dikutip Space, Kamis (18/10/2012).

Hasil pengamatan Curiosity menunjukkan, objek terang misterius yang baru ditemukan memang berasal dari Mars. Menurut ilmuwan, objek terang itu mungkin bagian dari proses pembentukan tanah. Warna terang diperoleh dengan membelah objek itu.

Dalam beberapa hari ke depan, tim pengendali misi akan meminta Curiosity menembak objek itu dengan laser. Penembakan akan dilakukan dengan instrumen yang disebut ChemCam, instrumen yang memungkinkan Curiosity mengetahui komposisi tanah atau batuan Mars.

Misi Curiosity kini memasuki bulan ketiga. Robot itu telah menemukan beberapa fakta menarik tentang Mars. Terakhir, Curiosity menemukan adanya batu Mars yang secara kimia mirip dengan batu di Bumi.

Curiosity juga mengirimkan foto-foto yang menumbuhkan antusiasme pada misi antarika, seperti foto saat baru saja mendarat di Mars dan foto jejak zig-zag yang ditinggalkannya. Target misi Curiosity adalah Gunung Sharp, gunung yang menjulang 5,5 km dari Kawah Gale, tempat wahana itu mendarat.

Penemuan Kayu Dan Goa Di Mars

Penemuan Kayu Dan Goa Di Mars


Gambar yang diambil NASA ini menunjukkan adanya sebuah gua seperti pintu yang misterius pada dasar sebuah formasi bukit di Mars. Orang yang pertama mengidentifikasi pintu tersebut bukanlah ilmuwan NASA melainkan seorang pembaca web Cnews dari Rusia bernama Alexander Novgorodov. Ia melihat sebuah struktur seperti buatan manusia di kaki bukit. Gambar ini diambil oleh pesawat Reconnaissance Orbiter.

Para peneliti mengemukakan kemungkinan bahwa pintu tersebut adalah sebuah hasil dari erosi iklim. Namun tetap saja pintu itu menjadi perbincangan hangat mengingat bentuknya yang unik.

Bentuk bukit yang seperti air mata ini terletak di tengah-tengah wilayah beku planet Mars. Mars adalah rumah dari gunung terbesar di seluruh planet dan lembahnya adalah yang terdalam dari seluruh planet yang pernah ditemukan. Dan Mars juga satu-satunya planet yang paling mungkin dapat menampung kehidupan manusia. Beberapa tanaman terbukti dapat hidup pada tekanan CO2 rendah seperti atmosfer Mars.


Kayu ?
Foto dibawah ini diambil oleh Mars Rover, dan yang terekam di dalam foto tersebut membuat para ahli kebingungan. Apakah itu sepotong kayu ? Foto itu pertama kali dirilis pada tahun 2004.


Segera dunia internet menjadi ramai dengan perbincangan dan teori konspirasi. Sebuah situs bernama TheCrit.com bahkan mengatakan bahwa NASA pernah menyatakan bahwa Mars adalah sebuah dunia gurun yang memiliki hutan lebat. Dan itu tidak pernah dibuka kepada publik.


Para peneliti yang skeptis menyatakan bahwa gambar kayu tersebut kemungkinan didapat dari hasil pareidolia - sebuah stimulus acak yang dipersepsikan memiliki signifikasi bentuk. Seperti awan yang kadang terlihat memiliki bentuk tertentu.